Dengan tergesa, Mujiono memarkir sepeda motor berdebunya di beranda rumahnya. Setelah bersalaman, dia mempersilakan masuk ke ruang tamu. Selain menyuguhi kami makanan dan minuman seadanya, pria 54 tahun itu juga bercerita tentang banyaknya keranjang bambu di dalam rumahnya. Rumah yang berada di Desa Sedahkidul Kecamatan Purwosari Kabupaten Bojonegoro itu tampak teduh. Sebab, selain di sekitaran rumah dipenuhi pohon bambu, sawah yang tampak menguning juga terlihat membentang sepanjang penglihatan. Saat ditemui kemarin (26/10/2016), Mujiono baru pulang dari pasar.
Mujiono Pembuat Keranjang Bambu dari Sedahkidul, Purwosari - Bojonegoro |
Setiap pasaran wage, Mujiono menjual keranjang di pasar wage (pasar sapi) yang terletak di Desa Banjarjo Kecamatan Padangan. Karena keranjang yang dia bikin khusus untuk para peternak. Digunakan sebagai wadah rumput. Sehingga, dirinya berjualan saat pasaran sapi saja. Meski begitu, dia juga sering mendapat pesanan dikerjakan di rumah.
Mujiono membuat keranjang dari bambu tersebut sudah berjalan selama 20 tahun. Keranjang yang dia buat bervariasi. Mulai keranjang untuk mencari rumput, wadah pakan lembu (baca : sapi), keranjang angkut untuk berjualan hingga tomblok (keranjang kecil) untuk membawa rabuk tanaman.
Meski dibuat secara manual, keranjang bambu buatan Mujiono tampak berbeda danrapi. Itu yang membuat dirinya hingga kini tidak ditinggal pelanggan. Padahal, di waktu yang sama, gempuran keranjang plastik buatan pabrik juga mulai menyasar pasar.
“Sehari saya bisa buat dua keranjang, itu sudah ngoyo,” ungkapnya sambil menahan batuk. Memang Mujiono hanya bisa membuat dua keranjang dalam sehari. Itu karena dia sudah sepuh (baca : tua).
Selain itu, dia mengaku sering sakit-sakitan. Namun, saat ini dia sudah mulai sehat kembali. Selain itu, tiap kali membuat keranjang, dia kerjakan sendiri. Sebab, istrinya juga sibuk bertani sekaligus membuat ledre untuk dijual.
Meski hanya mengerjakan dalam jumlah sedikit, dia tetap mempertahankan kekhasan keranjang buatannya. Keunikan keranjang yang dia buat, diantara keranjang bambu lainnya, ada pada tingkat presisi pemasangan anyaman yang tergolong njlimet. Selain itu juga pada kerapihannya.
Bahan dasar keranjang Mujiono bukan bambu sembarangan. Melainkan bambu apus. Alasannya, bambu jenis itu lebih kuat kulitnya. Maklum, keranjang yang dibuat Mujiono tidak menggunakan daging bambu. Melainkan hanya kulitnya saja.
Bahan bakunya dia beli seharga Rp. 100.000,- dapat sebanyak 40 batang bambu. Dia beli dari Desa tetangga tepatnya di Desa Ngrejeng Kecamatan Purwosari. Jarak dari rumahnya sekitar 4 kilometer. Itu dia angkut menggunakan dorongan geledek. Sendirian.
Dia menerangkan, cara pembuatan sangat sederhana. Yakni, bambu dipotong dan dibelah sesuai ukuran. Tidak usah menunggu kering, belahan bambu tersebut diambil dagingnya, disisik halus lalu dianyam. Nah, proses nyisiki (membersihkan) ini paling sulit. Sebab, jika tidak terbiasa akan terluka seperti kena silet.
Sebab, selain memiliki kekuatan yang tidak mudah lapuk, bambu apus juga terkenal akan ketajamannya. Selain itu, proses penganyaman juga butuh waktu lama. Sebab, dia terbiasa mengerjakan tanpa memola. Apapun polanya, dia hanya menggunakan perasaan. Namun, semua ukuran dan polanya benar-benar presisi.
Selain dijual di pasar sekitar, banyak pembeli yang datang ke rumahnya. Tidak jarang pembeli dari Cepu mendatanginya untuk memesan wadah buah. Keranjang buatannya dihargai sebesar Rp. 20.000,- hingga Rp. 60.000,- tergantung ukuran. Semakin besar semakin mahal.
Selain mengeluh sulitnya modal, bapak dua anak ini juga mulai khawatir tak ada yang meneruskan keahliannya. Sebab, anaknya bekerja di luar kota. Hal itu tentu membuatnya khawatir jika suatu saat tidak ada yang bisa membuat keranjang dari anyaman bambu. Sebab, saat ini tinggal dirinya seorang yang berprofesi sebagai penganyam keranjang dari bambu.
Sosok yang patut untuk di teladani
ReplyDeleteBetul betul betul, semangat kerjanya perlu kita contoh :D
Deletebapak Mujiono emang kreatif, butuh keahlian untuk membuat keranjang tuuh. Semangat yaa Bapak!!
ReplyDeleteIya mbak, nggak semua orang bisa membuat keranjang dari bambu....
DeleteDI Desa saya pengrajin dari bambu terbilang sudah mulai berkurang,,,apalagi membuat BAKE.Sudah sangat sedikit sekali,,padahal banyak yang membutuhkannya.Bagi pembaca yang ingin tahu tentang BAKE silakan mampir ke BLOG SAYA.
ReplyDeletesaya salut dengan ide artikel ini yang menulis tentang PAK MUJIONO Sang pembuat keranjang BAMBU, sungguh membuat INSPIRATIF sekali.Mksih Admin