Dewasa ini, kepedulian terhadap lingkungan memanglah terasa tidak penting lagi bagi sebagian orang, terutama di kalangan anak – anak muda zaman sekarang. Di zaman yang menghasilkan banyak ahli, semestinya kita lebih piawai dalam upaya melestarikan lingkungan. Misalnya dengan menciptakan teknologi – teknologi yang bisa lebih berdaya lingkungan dan mendukung dalam usaha menjaga kelestarian bumi. Sehingga turut menyelamatkan bumi dari pemanasan global yang dampaknya pada bumi dan kehidupan seluruh makhluk.
“Bumi bukanlah warisan nenek moyang kita, melainkan titipan untuk anak – cucu kita.” Rangkaian kata pada kalimat tersebut bukanlah sesuatu yang asing bagi kita semua. Namun, sudahkah kita memahami maknanya secara mendalam, bahkan melakukan aksi nyata untuk mewujudkannya?. Pada kesempatan yang langka dan berbahagia ini, tepatnya pada saat kegiatan ASEAN Blogger Festival Indonesia Tahun 2013 beberapa hari yang lalu di Kota Solo, ratusan blogger wakil dari Blogger Asia Tenggara yang tergabung dalam ASEAN Blogger Community berkumpul, berkoordinasi dan saling mempromosikan kebudayaan nasional kepada masyarakat ASEAN. Aku sangaat bangga bisa mengikuti event ini dan menjadi salah satu wakil dari Blogger Bojonegoro. Banyak hal yang ku dapat pada kegiatan ini, mengunjungi tempat - tempat bersejarah di Kota Solo seperti Pura Mangkunegaran, Keraton Surakarta, Museum Sangiran, Naik Bus Tingkat Werkudara, Naik Sepur Kluthuk Jaladara dan yang paling hebat adalah pada saat aksi menanam pohon dan peduli terhadap lingkungan yang dilakukan di Urban Forest.
“Bumi bukanlah warisan nenek moyang kita, melainkan titipan untuk anak – cucu kita.” Rangkaian kata pada kalimat tersebut bukanlah sesuatu yang asing bagi kita semua. Namun, sudahkah kita memahami maknanya secara mendalam, bahkan melakukan aksi nyata untuk mewujudkannya?. Pada kesempatan yang langka dan berbahagia ini, tepatnya pada saat kegiatan ASEAN Blogger Festival Indonesia Tahun 2013 beberapa hari yang lalu di Kota Solo, ratusan blogger wakil dari Blogger Asia Tenggara yang tergabung dalam ASEAN Blogger Community berkumpul, berkoordinasi dan saling mempromosikan kebudayaan nasional kepada masyarakat ASEAN. Aku sangaat bangga bisa mengikuti event ini dan menjadi salah satu wakil dari Blogger Bojonegoro. Banyak hal yang ku dapat pada kegiatan ini, mengunjungi tempat - tempat bersejarah di Kota Solo seperti Pura Mangkunegaran, Keraton Surakarta, Museum Sangiran, Naik Bus Tingkat Werkudara, Naik Sepur Kluthuk Jaladara dan yang paling hebat adalah pada saat aksi menanam pohon dan peduli terhadap lingkungan yang dilakukan di Urban Forest.
Pada saat penjelasan mengenai Urban Forest, kami dari Blogger Bojonegoro sempat dipanggil dan maju dihadapan blogger – blogger lainnya. Banner Blogger Bojonegoro pun ku bentangkan. Apa itu Urban Forest? Mengapa Bojonegoro disebut dan dipanggil? Penasaran.....??? Berikut penjelasannya.... Sebelum ku jelaskan, aku ingin berbagi sedikit informasi, " Bagi kawan - kawan yang ingin berwisata bisa juga menggunakan www.pegipegi.com, Apa itu pegipegi ? Pegipegi adalah salah satu situs agensi travel online terbesar di Indonesia yang akan membantumu mengatur kebutuhan berpergian anda, baik untuk kebutuhan bisnis maupun liburan dengan metode yang sederhana. Mengapa memilih pegipegi? Alasannya karena mudah untuk memesan dan membayar kapanpun dan dimanapun, pilihan ratusan hotel yang banyak, metode pembayaran yang beragam, konfirmasi instan dan dukungan call center 24 jam dalam seminggu."
Dalam pengembangan tata kelola ruang perkotaan dan mewujudkan kota warisan budaya yang ramah lingkungan, Kota Solo mendeklarasikan sebagai Solo Ecocultural City. Konsep Solo Ecocultural City ini tidak terlepas dari kondisi kekinian dan masa depan yang menghadirkan pemanasan global sebagai permasalahan utama. Pemerintah Kota Surakarta berusaha menjawab masalah tersebut dengan tetap mempertahankan warisan budaya sebagai karakter Kota Solo.
Solo Ecocultural City sebenarnya bukan hal baru bagi Kota Solo karena sejarah pertumbuhan Kota Solo sendiri sangat dekat dengan aneka tetumbuhan. Bahkan nama Kota Solo diyakini juga berasal dari nama tumbuhan, yakni Pohon Sala (Couroupita Guianensis). Tidak sedikit nama kampung di Kota Solo juga menggunakan nama pohon atau tumbuhan, seperti Warung pelem, Wrung Miri, Pasar Nongko, dan sebagainya. Hal ini menunjukkan bahwa pepohonan sangat erat dan dekat dengan kehidupan masyarakat Solo. Berbagai catatan lama dalam babad atau kitab yang ditulis pujangga keraton juga menunjukkan wilayah perkotaan ini kaya dengan pepohonanan.
Tidak berlebihan apabila kemudian Pemerintah Kota Surakarta mengimplementasikan konsep Solo Ecocultural City ke dalam sejumlah program, salah satunya adalah Kota dalam Kebun. Pemerintah Kota Surakarta berkehendak, di masa yang datang sebagaimana masa lalu, Solo menjadi kota yang berada di dalam kebun. Oleh karena itu, pagar – pagar beton yang sebelumnya angker mengelilingi gedung kemudian diganti dengan pagar hijau alias pagar yang terbuat dari pepohonan dilengkapi dengan taman. Untuk mengawali program tersebut, pagar hijau dibuat di kantor – kantor Pemerintah seperti Dinas Kebersihan dan Pertamanan, Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Dinas Koperasi dan UKM, Kantor Pemadam Kebakaran dan SMKN 7 Surakarta. Harapannya agar kantor lembaga – lembaga swasta dan masyarakat mengikuti dan turut berperan aktif dalam mewujudkan Kota Solo yang hijau.
Hutan Kota atau Urban Forest merupakan implementasi lain dalam upaya mewujudkan Solo Ecocultural City. Pemerintah Kota Surakarta berencana membuat hutan kota di 131 lokasi yang merupakan lahan negara. Masing – masing memiliki luas enam ratus mter persegi hingga delapan ratus meter persegi. Salah satunya terletak di bantaran Sungai Bengawan Solo. Sebelum menjadi hutan kota, kawasan tersebut merupakan pemukiman yang ditempati kurang lebih 200-an keluarga. Demi mewujudkan lahan Urban Forest, mereka suka rela bersedia direlokasi. Selain dua konsep tersebut, masih banyak konsep yang dilakukan untuk mewujudkan Solo Ecocultural City diantaranya : Penataan Kawasan Kumuh dan Bangunan Liar, Penataan Pedagang Kaki Lima, Solo Car Free Day, dan Taman Balekambang.
Aku bersama peserta ASEAN Blogger Festival Indonesia melakukan aksi penanaman pohon di sekitar area Urban Forest yang terletak di bantaran Sungai Bengawan Solo dengan tujuan agara pohon – pohon yang kita tanam setelah besar nanti dapat menahan laju arus banjir bengawan solo secara langsung. Dan Bojonegoro dipanggil karena Wilayah Bojonegoro adalah termasuk wilayah terpanjang di Jawa Timur yang terdampak dari banjir sungai bengawan Solo. Selain Bojonegoro, masih ada wilayah di Jawa Timur yang terkena dampak dari banjir sungai bengawan Solo, yakni Ngawi, Tuban, Lamongan dan Gresik. Dari pemaparan Ecocultural City tersebut, mungkin dapat diterapkan juga di wilayah yang terdampak banjir sungai bengawan Solo, yakni Ngawi, Bojonegoro, Tuban, Lamongan dan Gresik agar dapat mengurangi laju arus banjir sungai bengawan Solo dan mewujudkan wilayah yang hijau.
Dalam menjaga dan memelihara keharmonisan dan kelestarian lingkungan. Islam menganjurkan beberapa point penting. Pertama, penghijaun dan penanaman pohon seperti yang telah digambarkan dalam Al-Qur’an dalam tokoh Habil (anak Adam) lewat konsep pertaniannya. Bila kita cermati secara kontekstual, ada pesan tersirat yang mahal harganyadari kisah tersebut. Bila ingin merasakan surga di akhirat, tanamlah pohon. Karena pohon yang ditanam apabila berbuah kemudian dimakan oleh orang lain, maka akan bernilai ibadah. Rasulullah SAW bersabda, “Apabila seorang muslim menanam tanaman, kemudian tanaman itu dimakan oleh burung, manusia atau hewan maka akan menjadi sedekah.” (HR. Muttafaq ‘Alaihi). Inilah perlunya Gerakan menanam pohon. Gerakan penghijauan sangat bermanfaat bagi kepentingan ekonomi dan kesehatan. Gerakan ini akan memelihara pertukaran udara yang kita hirup agar selalu bersih, bebas dari polusi atau pencemaran udara. Kedua, menjaga kebersihan yang merupakan sebagian dari iman. Khusus kebersihan alam dan lingkungan, Rasulullah SAW menjelaskan, “Iman mempunyai enam puluh sampai tujuh puluh cabang. Dan terendah adalah menyingkirkan duri dari jalan.” (HR. Bukhori dan Muslim, dari Abu Hurairah).
Ketiga, menjaga sumber kekayaan alam yang dicerminkan dalam bentuk larangan bagi manusia untuk merusak lingkungan. Dan salah satu sumber kerusakan adalah menyerahkan urusan pengelolaan sumber daya alam kepada pihak yng tidak ahli. “Apabila diserahkan urusan kepada orang yang bukan ahlinya, maka tunggulah masa kehancurannya.” (HR. Bukhori dan Muslim). Setidaknya hal ini bisa menjadi renungan bagi kita dalam melangkahkan kaki untuk mengelola sumber daya alam agar tetap lestari.
Bumi atau tanah yang kita pijak ini adalah titipan Tuhan. Keberadaan kita harus bisa memberikan manfaat untuk lingkungan. Tidak hanya untuk masa sekarang, namun untuk generasi yang akan datang. Jangan sampai anak – cucu kita nanti tidak bisa menikmati indahnya kupu – kupu yang beterbangan di taman bunga, kicauan burung di alam hijau, dan hewan – hewan lain yang juga memiliki hak hidup dan dilestarikan. Menanam satu pohon bisa menumbuhkan dan menghidupkan banyak makhluk hidup lain yang bergantung dari pohon tersebut. Jadi, tunggu apalagi. Budayakan penghijauan demi menjaga kelestarian kehidupan dan kekayaan khasanah warisan budaya bangsa dan upaya konstruktif menuju Komunitas ASEAN 2015. Jadilah anggota ASEAN Blogger Community yang ramah teknologi dan ramah lingkungan. Inilah kisah perjalananku yang tidak hanya mengunjungi tempat bersejarah tapi juga melakukan aksi nyata untuk menyelamatakan bumi dengan menanam pohon. Selamat Hari Lingkungan Hidup Sedunia Tahun 2013.
Supported By :
paten... salam relawan, salam pramuka kakak...
ReplyDeleteSalam Relawan dan Salam Pramuka kembali.....
ReplyDelete